Sejak di Indonesia, aku adalah pendonor aktif yang rutin melakukan donor danah kurang lebih setiap 3-5 bulan sekali. Aku pertama donor darah itu sejak kuliah di IPB, kira-kira mulai donor itu tahun 2014 apa 2015 gitu. Sejak saat itu aku selalu rutin donor, baik setelah pulang ke Jombang dan pulang ke Mojokerto. Bahkan saat setelah sembuh dari COVID-19, teman-teman PMI coba nawarin apa mau donor plasma, aku pun mengiyakan. Aku ingat betul obrolan dengan petugas PMI waktu di Bogor, bahwa darah yang kita donorkan sangat berarti terutama untuk pasien-pasien yang membutuhkan transfusi secara berkala seperti penderita talasemia. Kemudian banyak juga pasien-pasien korban kecelakaan yang membutuhkan transfusi darah. Sejak mendengar cerita itu aku jadi rajin donor darah.
Sebelum berangkat ke Australia, aku donor terakhir kalau ga salah di bulan April. Waktu itu aku dah pamitan sama teman-teman PMI Kota Mojokerto. Salah satu petugas yang biasa ngajak aku ngobrol bilang, mbak nanti donor juga ya di Australia terus ceritakan pengalaman mbak ke kita-kita. Oh siap mbak kataku waktu itu.
Waktu awal-awal dateng di Gatton, ada yang namanya Market Day, itu event pengenalan klub-klub kampus dan komunitas-komunitas di sekitaran kampus, yang mana PMI Gatton juga dateng. Wait, kok PMI. hahaa Australian Red Cross maksudku. Trus dia bilang aku harus ngisi beberapa form dulu dan ngecek aku datang ke Australia kapan. Karena kalau dari Indonesia, dia bilang sekurang-kurangnya udah 4 bulan tinggal di Australia, baru bisa donor.
Akhirnya aku buka dan baca-baca websitenya si Red Cross ini buat tau ketentuan apa dan cara-cara donornya gimana. Nah di sini aku tau kalau yang nangani donor namanya Lifeblood yang mana websitenya beda ama Australian Red Cross itu sendiri.
Untuk donate blood bisa bikin akun dulu di https://www.lifeblood.com.au/blood untuk booking tanggal, jam dan lokasi donor. Beda banget kan dengan di Indonesia yang kita bisa langsung datang aja ke PMI terdekat buat donor. Nah di Australia harus pake booking karena kayanya mereka nangani banyak donor. Teman-teman ga hanya bisa donor darah merah, tapi bisa juga donor plasma.
Website akun lifeblood kita berisi next appointment dan history donor
Nah, pertama-pertama aku bikin akun dulu di websitenya lifeblood. Di sana kita memasukkan data diri dan milih lokasi donor. Aku waktu itu karena pengen lihat PMI pusatnya kaya apa, milih di Donor Center di Brisbane city. Beberapa hari sebelum donor, kita akan menerima email pengingat dan juga tips-tips sebelum donor apa saja yang harus dilakukan, seperti minum cukup air, makan savory food dan menghindari pekerjaan berat. Di akun kita juga ada semacam infografis tentang apa yang harus dilakukan sebelum, saat dan sesudah donor.
Waktu datang ke PMInya, kita njujug resepsionis dan menyampaikan appointment kita jam berapa atas nama siapa. Dia kemudian ngecek dan ngasih semacam barcode antrian trus ngasih tablet buat ngisi form secara online. Mostly e-form yang diisi mirip form yang kita isi di PMI saat donor di Indonesia. Cuma lebih panjang dan detail aja, kaya misalkan jenis-jenis penyakitnya bener-bener dirinci dengan serius beserta gejalanya. Apakah kita terindikasi atau merasakan gejala-gejala itu.
Setelah beres ngisi form, kita diajak ke satu ruangan buat interview dan skrinning kesehatan. Petugasnya ramah banget, dia tanya aku udah pernah donor belum selama di Indonesia, di Australia aku student apa employee, terus aku kuliah dan tinggal dimana. Kemudian ada pengecekan Hb, tekanan darah, dan tinggi badan.
Setelah beres skrinning, aku dipanggil untuk ke ruangan donor, dimana ada sekitar 10an bed buat donor, baik sel darah merah ataupun donor plasma. Waktu aku donor kemarin, mostly yang donor adalah lansia-lansia yang juga sangat ramah. Petugas di ruangan donor sama dengan petugas skrinning, tapi bisa ganti ganti tergantung siapa yang lagi 'kosong' juga. Jadi donor ga dibiarin terbengkalai dan selalu ada yang ngajak ngobrol. Cara ngambil darahnya mostly sama aja kaya di Indonesia dan jumlahnya kayanya sedikit lebih banyak daripada di Indonesia. Cuma yang bikin beda adalah saat donor berlangsung ada seperti brosur yang bisa kita baca untuk tips-tips selama donor seperti menaikkan salah satu kaki. Setiap berapa waktu sekali juga ditanya apakah aku baik-baik aja, yang mana ini juga dilakukan sama petugas PMI Indo sih.
Setelah beres donor, titik pembuluh kita yang disuntik ini dibebat sama perban yang cukup kuat, beda dengan di Indonesia yang cuma pakai plester biasa. Ini aku cukup wah sih haha dan aku juga guyonan sama mereka kalau di Indonesia masih pakai plester biasa. Mereka bilang, dulu mereka juga gitu, tapi sekarang udah pakai perban yang lebih kokoh biar pembuluh darahnya stabil. Nah samil nunggu beberapa menit, salah satu petugas juga langsung nawari mau diambilkan minuman apa, jus apa susu. Trus setelah beres, kita bisa keluar ke ruangan refreshment dan ngambil jajajanan, buah dan minuman yang kita mau. Sedikit beda dengan di Indonesia yang dapat bingkisan dan vitamin tambah darah.
Selang beberapa hari setelah donor, kita akan menerima sms dan notifikasi kemana darah kita dibawa untuk dimanfaatkan oleh penerima. Ini juga yang membedakan dengan donor darah di Indonesia yang kita gatau darah kita itu dibawa ke RS atau klinik mana. Data skrininng di ruang skrining juga akan nongol di akun kita setelah kita beres donor. Keren kan jadi bisa ngelacak kondisi kesehatan kita juga.
Nah, kaya gitu teman-teman ceritaku tentang donor darah pertamaku di Australia. Semoga bermanfaat ya.
Sampai jumpa di cerita selanjutnya ...