Tujuh tahun yang lalu, sekitar tahun 2017, pertama kalinya aku baca-baca tentang persyaratan-persyaratan beasiswa luar negeri, salah satunya LPDP, dan di sana disebutkan bahwa salah satu sertifikat bahasa inggris yang diakui adalah IELTS. Waktu itu, aku mendengar “desas desus”, bahwa IELTS sangat sulit dan rumit. PUN JUGA MAHAL. Nyaliku ciut. Walaupun aku seneng belajar bahasa inggris, tapi aku tau banget tes-tes semacam itu, tidak mudah dan tidak murah. Aku mundur alon-alon dari IELTS, menyentuh soal-soalnya aja ngga pernah. Ibarat kata belum kenalan, belum tau siapa dan seperti apa si dia, udah pulang duluan. Ckckck lucu juga kalau diingat.
Tujuh tahun kemudian, saat ada keinginan untuk sekolah dan merencanakan action plan, hal pertama yang terbersit di kepala adalah aku harus menghadapi IELTS, sesuatu yang aku hindari 7 tahun yang lalu.
Kali ini, aku mau bahas tentang IELTS dan persiapan-persiapan yang kulakukan berdasarkan pengalamanku. Aku ngga akan membagi tips-tips mengerjakan soal yang sudah bertebaran ada di website-website lain. Aku di sini berbagi pengalaman menghadapi IELTS, yang bisa jadi sama dengan sebagian orang, atau justru totally different! Tidak apa, menurutku cerita masing-masing pribadi akan memberikan teman-teman lebih banyak gambaran, dan harapannya bisa memberi manfaat untuk kita semua. Aamiin.
Sebelumnya, di bawah ini adalah gambaran perjalanan IELTS-ku yang kubikin buat keeping memory setelah lolos LPDP. Agak acak acakan ya lol
Yup, perjalanan panjang 10 bulan bersama IELTS. *sigh
Jadi yang pertama banget harus disiapkan memang adalah membuat planning. Planning; bebas mau berbentuk tabel excel, coret-coretan mind mapping, atau mungkin deskriptif, apa saja senyamannya, asal kita bisa pahami dan laksanakan, adalah planning terbaik. Perencanaan yang baik akan sangat membantu kita dalam menghadapi tes IELTS.
Di bulan Januari, fokus utamaku adalah menyusun timeline, menyiapkan bahan-bahan, menulis jadwal latian harian dan membuat daftar sumber latihan-latihan dari website maupun Youtube yang bisa kuakses untuk dipelajari. Semuanya pilih yang gratis, mempertimbangkan tesnya saja udah mahal banget, maka harus pintar-pintar memanfaatkan gratisan. Ya kan? Selain itu, waktu itu aku bikin target pelaksanaan tes di pertengahan April. Cukup waktu sebelum mengikuti seleksi LPDP 2023 di batch 2.
Bulan berikutnya masih sedikit tertarih-tatih mengikuti jadwal yang sudah dibuat sendiri hehe. Maklum ya sambil kerja. Jadi ada saja hal-hal tak terduga di luar jadwal yang sudah dibuat. Tapi tetap teguhkan hati ya teman-teman. Kita harus tetap konsisten dalam belajar IELTS. Konsisten seperti apa yang kumaksud?
Saat ada jadwal yang sedikit melenceng, jangan langsung kecewa. Tetap kejar target harian dan kalau hari itu tidak terkejar atau malah tidak tersentuh karena faktor kesibukan atau faktor lain, bisa ganti sesi latian hari itu dengan latihan yang lebih sederhana, namun tetap bisa memberikan kontribusi untuk penambahan ilmu kita di hari itu. Misal kita mestinya latihan listening soal IELTS, karena tidak sempat, kita bisa mendengarkan podcast, atau menyempatkan menonton satu video pendek dari TedTalk atau video berbahasa inggris lainnya.
Begitu juga saat rasa malas, bosan belajar, lelah dan badmood melanda. Konsistensi tetap menjadi kunci. Kita bisa mengganti latihan-latihan berat tadi dengan latihan-latihan yang fun. Misal menonton film dengan subtitle bahasa inggris, atau malah ga pake subtitle sama sekali. Atau karaokean lagu bahasa inggris. Atau membaca buku anak-anak berbahasa inggris. Pokoknya kita tau kapan memanfaatkan waktu seefektif dan seefisien mungkin, tanpa mengabaikan kesehatan fisik, mental dan emosi kita.
Di bulan Maret, waktu aku mulai kehilangan arah belajar karena aku gak mendapatkan progres yang cukup terutama di bagian writing dan speaking, adek dan sahabat yang mendampingi belajar (thanks to Zulfa A.), memberi masukan untuk mengambil les khusus untuk dua section tersebut. Setelah mencari dan melihat berbagai les online (tentu online, karena aku ga punya cukup waktu buat les offline, sekaligus terkendala jarak, maklum tinggal di pedesaan hihi), akhirnya kami memutuskan ELF Education sepertinya patut dicoba.
Setelah mengikuti les di ELF Education, aku jadi punya banyak sekali gambaran terkait tips-tips dan model jawaban yang diharapkan oleh IELTS agar bisa mendapatkan hasil yang memuaskan dan sesuai target. Belajarku jadi lebih terarah dan fokus. Namun, rencana tes yang tadinya tertulis di bulan April, harus digeser sampai ke pertengahan Mei, karena aku harus lebih mendalami soal-soal dan mempelajari tipe-tipe jawaban IELTS.
Selama 5 bulan pertama sejak Januari-Mei, aku memadukan banyak sekali cara belajar dan sumber belajar. Demi mengejar ketertinggalan dan pemahaman mengenai soal-soal IELTS. Aku mempelajari tips dan teori IELTS dari IELTS Liz dan latihan-latihan soal dari IELST-Up, IELTS Online Tests, buku-buku dan latihan soal dari Cambridge. Semua kupadukan dan tidak saklek pada satu model karena waktu yang kupunya sangat terbatas, belum lagi jika pekerjaan di kantor lebih banyak ke lapangan, fisik pun diuji ketangguhannya. Aku juga mencoba mencuri-curi waktu di tengah pekerjaan pas ada waktu luang dengan melakukan latihan-latihan sederhana. Menonton TEDTalks di youtube dan membaca artikel-artikel Natgeo sangat membantu memberikan variasi belajar agar tidak bosan pada latihan soal-latihan soal.
Banyak materi dan tips belajar IELTS dari website Bu Liz ini
Aku mengikuti tes IELST di IDP Surabaya di Widya Mandala Language Institute (WMLI) IELTS Test Centre di bulan Mei sebanyak 2 kali. Tes pertama hasilnya cukup memuaskan. Aku dapat nilai overall 6.5, sesuai dengan standar minimum yang ditetapkan LPDP, namun tidak cukup untuk mendaftar universitas karena universitas yang kutuju, meminta tidak ada nilai di bawah 6,0 di setiap sectionnya, sementara writingku cuma 5.5. Aku terpukul sebenarnya karena khawatir ngikuti tes skolastik yang terkenal sangat sulit di tahapan kedua seleksi LPDP. Aku akui, tes IELTS kedua adalah kecerobohan dan keputusan konyol. Sangat konyol. Aku ingin sekali mengejar pendaftaran LPDP dengan jalur LoA padahal saat itu waktunya sudah mepet. Sekalipun di tes kedua bisa dapet nilai yang sesuai harapan, waktunya ga akan cukup sampai LPDP batch 2 ditutup di tanggal 9 Juli. Benar juga, kecerobohanku sungguh berbuah kenangan pahit, skor tes ke-2 justru turun drastis dari tes pertama.
Mengambil hasil tes langsung di kantor IDP Surabaya
Akhirnya kuputuskan menggunakan hasil skor tes pertama untuk mendaftar LPDP. Aku lolos di setiap tahapan sampai pada seleksi terakhir (tes bakat skolastik yang jadi momok seram pun ternyata dapat terlewati, alhamdulillah). Aku sementara menyisihkan kekhawatiran terkait nilai IELTS yang kurang dan aku mau gamau harus tetap mengambil tes lagi di kemudian hari untuk pendaftaran univ. Selama bulan Juni-September, fokusku adalah tahapan seleksi LPDP, dan khusus persiapan Tes Substansi (wawancara), ternyata sangat amat membantu dalam meningkatkan kepercayaan diri untuk speaking karena aku mempelajari dan mempersiapkan wawancara untuk dua bahasa, Inggris dan Indonesia. Sebaliknya, apa yang kupelajari selama ini terkait teknik-teknik menjawab dalam IELST Speaking, ternyata juga berguna dalam saya menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam Tes Substansi LPDP.
Pada bulan September, demi mereview lagi belajarku di bulan Januari-Mei, aku daftar les lagi di ELF Education dan mulai belajar lagi secara intens khusus untuk speaking dan writing. Aku kemudian daftar tes lagi di Bulan Oktober, kali ini di kantor IDP Surabaya sendiri, setelah menyelesaikan tes substansi LPDP dan dalam masa menunggu pengumuman.
Seperti itulah pengalamaku yang sangat raw dan rawrr haha. Setelah 10 bulan bergulat dengan IELTS dan tes LPDP yang panjang dan menguras tenaga, emosi, dan biaya, aku akhirnya dapat mencapai nilai minimal 6 di setiap section dan overall 7,0, plus, lolos beasiswa LPDP Batch 2.
Dari pengalaman IELTS ini aku memetik satu pelajaran berharga yang akan terus saya kenang. Dari IELTS aku belajar mengenai nilai-nilai konsistensi. Konsistensi, adalah kunci untuk tetap fokus dan on the track. Konsistensi menjaga target pribadi kita dan menjaga input belajar dari luar diri kita untuk tetap kita rasakan meskipun dalam kondisi mood yang sedang down, kelelahan, dan burn-out.
Begitulah, teman-teman, sedikit pengalamanku selama 10 bulan atau bahkan sepanjang tahun bersama IELTS. Aku yakin setiap orang akan punya memori tak terlupakan dengan IELTS dan aku percaya, proses yang panjang itu, akan memberikan kita pelajaran yang tak ternilai dan terlupakan. Bagi yang belum dan masih mempersiapkan diri untuk tes IELTS, saran ku, mulailah dengan menyusun rencana belajar dan menyusun materi belajar. Rencana tersebut, meskipun dapat berubah di tengah perjalanan, akan membantu kita dengan sangat baik dan menjaga kita tetap “di dalam pagar” dalam proses belajar ini.
Semangat teman-teman semua. Semoga sukses menaklukkan IELTS. Eits salah. Semoga bisa berteman baik dengan IELTS.
Beberapa sumber belajar gratisan: