Aku mau cerita ...
Sewaktu memutuskan pengen kuliah lagi dan dari kantor bagian kepegawaian udah mewanti-wanti kalau mau tugas belajar harus cari beasiswa sendiri, aku menimbang-nimbang mau daftar beasiswa mana. Beasiswa kuliah, di luar negeri terutama, bejibun banget. Mungkin hampir tiap negara punya semacam slot buat mahasiswa internasional di kampus mereka.
Nah, waktu itu, supaya aku ga seperti menebar jaring di banyak sungai, aku mulai melakukan seleksi. Dimulai dari seleksi negara. Aku cerita ini bukan bermaksud merendahkan negara lain ya, ini kan hanya preferensi saja, mohon dimaklumi.
Jadi ada beberapa negara yang keilmuan pertaniannya sangat bagus dan produk-produk pertaniannya mendunia. Selain tentang ilmu pertanian, aku juga menargetkan negara dan kampus yang menawarkan ilmu-ilmu penyuluhan di dalamnya agar selaras dengan profesiku dan menambah pengetahuan dan pengalaman di bidang yang sama dengan pekerjaanku.
Belanda, Jepang, Amerika, China, Thailand, dan Australia.
Belanda, ada WUR. Tetapi ilmu pertanian yang ditawarkan sangat spesifik dan tidak bisa dikombinasi dengan ilmu penyuluhan maupun community development karena mereka berdiri di program studinya masing-masing.
Jepang, sedikit banyak mirip dengan WUR. Selain itu aku harus belajar lagi bahasa lokal buat kehidupan sehari-hari di sana dimana waktu itu perhitunganku secara waktu dan tenaga, aku ga sanggup dengan aku masih tetap harus bekerja sampai berangkat tugas belajar.
China dan Thailand, alasannya almost the same dengan Jepang.
Amerika, OMG, Amerika ini sebenarnya sangat menggiurkan. Buanyak banget kampus-kampus yang punya riset bidang pertanian dan rural development berikut pakar pakarnya. But, ekonomi, politik dan banyak hal lainnya buat aku sangat dinamis. Selalu ada berita yang membuat takut dan kuatir. Sudah gitu itu juauuh di belahan dunia yang lain.
Maka, pilihan terakhir jatuh ke Australia.
Satu sungai besar sudah terlihat.
Sekarang, dimana nih spot mancing yang paling oke. Which is the university where i can study. Aku searching kampus pertanian di Australia. Yang keluar adalah University of Queensland, University of Melbourne, dan mana lagi ya waktu itu, kayanya aku cuma fokus di 2 itu.
Nah, berhubung Australia jadi negara tujuan, otomatis aku cari beasiswa yang dekat dekat ke Australia. Ada 2, LPDP dari pemerintah Indonesia dan AAS dari Pemerintah Australia. AAS dah lewat dari tanggal kalau mau daftar (saat itu). Sementara LPDP aku bisa ikut batch 2. Oke, daftarlah aku beasiswa LPDP. Seperti yang kuceritakan di postingan yang lain, aku fokus dulu membuat plan.
Catatan-catatan selama meriset mengenai Australia dan kampus-kampus yang dipilih jangan sampai hilang. Karena mempelajari mereka bisa sekaligus sebagai bahan menyiapkan esai untuk pendaftaran LPDP dan persiapan tes wawancara di tes substansi.
Contoh:
Mengapa Anda memilih Australia sebagai negara tujuan studi? Mengapa Anda memilih UQ sebagai universitas tujuan studi?
Jawabanku waktu itu:
"...Australia, melalui Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR), telah bekerja sama dengan Indonesia sejak 1983 di bidang pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan. Selain itu, Australia baru-baru ini juga meningkatkan komitmen untuk berkolaborasi di bidang pendidikan, ekonomi, dan pertanian dengan Kabupaten Mojokerto, yang ditunjukkan oleh kunjungan Konsulat Jenderal Australia di Pemkab Mojokerto untuk mempererat hubungan persahabatan dan pembahasan rencana kerja sama. Pada tahun 2023, Kabupaten Mojokerto juga mendapatkan manfaat langsung dari kerja sama bidang peternakan berupa bantuan vaksin ternak sapi untuk penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) yang banyak menginfeksi ternak sapi di wilayah Kabupaten Mojokerto. Selain latar belakang kerja sama Indonesia-Australia tersebut, hasil pertanian dan peternakan Australia yang mampu memenuhi pasar internasional memberikan saya motivasi yang kuat untuk mempelajari pertanian di negara tersebut...."
"Saya berencana mengambil pendidikan master di The Universty of Queensland (UQ), Australia. Mengapa harus di sana? Pertama, UQ merupakan The World’s Top 50 Universities yang memiliki reputasi kuat dalam ilmu pertanian dan pengembangan masyarakat pedesaan (rural development). Kedua, program Master of Agricultural Science di UQ secara spesifik mencakup bidang agronomi, hortikultura, proteksi tanaman, peternakan yang kesemuanya dipadukan dengan materi-materi di bidang sosial dan isu global seperti ekonomi, pengembangan masyarakat dan perkembangan teknologi. Ketiga, kombinasi pertanian dan ilmu sosial UQ sejalan dengan kombinasi keilmuan yang saya pelajari di strata 1 di IPB Fakultas Pertanian, karena keilmuan tersebut juga sangat bermanfaat dan koheren dengan pekerjaan saya sebagai penyuluh. Dengan demikian, saya berharap agar ilmu yang saya dapatkan nanti bisa saya aplikasikan dalam pekerjaan saya sebagai PPL di Kabupaten Mojokerto"
Alasan memilih Australia terasa sangat dekat apalagi setelah kasus Lumpy Skin Disease pada sapi merebak di Indonesia, khususnya Mojokerto pasca wabah PMK yang juga menyerang sapi. Aku ingat betul waktu itu Mojokerto dapet bantuan vaksin dari Australia. Secara geopolitik LSD ini sangat berpengaruh ke Australia karena Indonesia negara tetangga yang pasti banyak pergerakan ekonomi terutama bidang peternakan dari dan ke satu sama lain. Selain itu, dekat-dekat dengan aku menulis esai saat itu, ada pertemuan pimpinan daerah dengan konsulat jenderal Australia membicarakan kerja sama. Kaya pas banget kan hehe
Sedangkan untuk University of Queensland, maap ya UQ-ku, sejujurnya sebelum aku berminat buat sekolah lagi, ga pernah terpikir olehku ada sebuah kampus bernama University of Queensland (emote menangis). Pengetahuan geografiku untuk Australia sangat sedikit dan sempit. Aku hanya ingat sejak kecil sering ngikuti acaranya Steve Irwin di tv dan acara hewan-hewan yang meliput tentang "ular derik". Tapi setelah membaca buanyaaak hal saat "melihat-lihat" tentang kampus itu, aku merasa UQ ini paling klik di hatiku. Tidak kutemui matkul-matkul pertanian yang dikombinasikan dengan ilmu sosial selengkap di UQ. UQ menawarkan matkul pertanian teknis, dengan matkul sosial seperti agribisnis, leadership dan stakeholder engagement. Ini seperti mengenang masa S1-ku, aku yang waktu itu adalah mahasiswa Fakultas Pertanian, tertarik juga mempelajari tema-tema seperti ilmu penyuluhan, pengembangan masyarakat dan sosiologi pedesaan. Alhasil saat di IPB dulu, aku mengambil Supporting Course dari Fakultas Ekologi Manusia khususnya matkul-matkul dari departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Pemilihan UQ dan MAgSc ini juga cuocok pol dengan pekerjaanku sebagai penyuluh. Sangat tidak mudah menyampaikan ilmu-ilmu dan teknologi pertanian tanpa dibarengi dengan wawasan dan ketrampilan dalam engagement dengan petani maupun para pemangku kebijakan dan wilayah seperti pemerintah desa.
Walaupun waktu itu bisa memilih untuk mendaftar kampus pilihan 1,2 dan 3, aku langsung fokus di UQ saja. Dan yap, thanks to IDP Surabaya yang membantu untuk apply di tengah kesibukan kerja lapangan-administrasi sebagai penyuluh di desa.
Well, kaya gitu pengalamanku memilih negara dan kampus tujuan. Kalau teman-teman baca penerima beasiswa lainnya, mungkin ceritanya akan sangat berbeda atau mungkin bisa jadi mirip. Tapi selalu ada alasan pribadi dan alasan yang mendukung keinginan untuk meraih cita-cita dan menambah pengetahuan yang berhubungan dengan profesi maupun rencana kontribusi untuk tanah air. Sesuaikan lagi dengan goals teman-teman dan jangan sampai FOMO dalam memilih negara. Semuanya, sebisa mungkin, harus sampe kedengar bunyi 'klik!' di dalam hati. Kalau udah muncul bunyi kliknya, bakal menambah semangat teman-teman buat jalan terus ke depan.